JANGAN
BIARKAN SURAU INI
ROBOH
Sinopsis
Novel
Judul : Jangan Biarkan Surau ini Roboh
Pengarang :
Taufiqurqhmqn Al-Azizy
Penerbit : DIVA Press (Anggota IKAPI)
Tahun
Terbit : 2009
Jumlah
halaman : 443
ISBN : 979-963-739-2
Tokoh
novel : -Ibrahim
-Kiai Ahmad
-Yusuf
-Sarah
-Partinah
-Ayah Yusuf dan Ibrahim
-Ibu Yusuf dan Ibrahim
-Ayah Sarah
-Gio
-Jadul
Sinopsis:
Sebagai kaum muslimin yang beriman sudah selayaknya
tersentuh hatinya ketika melihat surau-surau yang bisa dibilang jamaahnya mulai
pensiun. Seperti halnya surau milik Kiai Ahmad yang kini hanya beberapa orang
saja yang masih mau sholat berjamaah dan belajar mengaji di surau ini. Dulunya
surau ini banyak jamaahnya. Tetapi lain dulu lain pula sekarang, kini tinggal Ibrahim dan Sarah saja yang mau
belajar mengaji di surau ini. Bahkan Yusuf yang dulunya rajin mengaji juga
sudah ingin mengambil pensiun. Yusuf semakin jarang mengaji di surau Kiai Ahmad.
Tetapi semua itu justru memicu Ibrahim untuk terus menjaga surau yang hampir
roboh karena dinding yang mulai lapuk juga jamaah yang mulai lapuk.
Ketika pemuda lain berusaha mencari ridho Allah,
tetapi lain lagi yang dilakukan Partinah. Dia malah mencoba hal yang dibenci
Allah. Partinah mencoba bunuh diri dengan meloncat kedalam jurang. Hal itu
dikarenakan Partinah tidak sanggup memenuhi keinginan simboknya untuk menjadi
seorang TKW. Seluruh warga Seworan dibuat gempar oleh peristiwa itu. Untunglah
saat itu yang terluka bukanlah Partinah tetapi justru Ibrahim yang terluka
parah. Kepala Ibrahim terbantur batu di Kali Serang ketika menangkap partinah
dari atas tebing. Akibatnya Ibrahim mengalami koma dalam beberapa hari.
Partinah sangat merasa barsalah atas peristiwa itu.
Musibah yang menimpa Ibrahim membuat Partinah
semakin dekat dengan Ibrahim. Mereka lebih sering berjalan berdua ke atas bukit
selayaknya sepasang kekasih. Partinah mulai menganggap hubungannya dengan
Ibrahim lebih dari teman. Partinah mencintai Ibrahim.
Sarah yang sudah lama menyimpan hati kepada Ibrahim
semakin gundah dengan kabar itu. Sekian lamanya sarah menahan perasaan cintanya
kepada Ibrahim dan kini wanita lain mendekati Ibrahim.
Ibrahim menyadari bahwa cintanya
terhadap Partinah juga melebihi cinta kepada seorang teman. Setiap bertemu
dengan Partinah, Ibrahim selalu merasakan debar-debar cinta dihatinya. Dan
Ibrahim pun berencana mengatakan hal itu kepada Partinah.
Sebagai seorang sahabat tentunya tidak harus ada
yang ditutupi satu sama lain. Apalagi hal itu berkaitan dengan perasaan dan
cinta pertama. Akhirnya, Ibrahim mengatakan semuanya kepada Sarah. Tentang
perasaan cintanya kepada Partinah. Karena Ibrahim merasa Sarah juga telah mendapatkan
cintanya. Ibrahim menganggap kedekatan Sarah dengan Yusuf lebih dari teman.
Jadi Ibrahim menganggap bahwa Sarah dan dirinya telah sama-sama menemukan
tambatan hati. Padahal semua itu salah.
Bagai di hantam petir hati Sarah mendengar hal itu. Tak sadar air mata
Sarah membanjiri pipi kanannya. Untungnya saat itu malam hari, jadi tak
terlihat oleh Ibrahim. Bukan hanya bercerita saja, bahkan Ibrahim meminta Sarah
membantunya untuk mengatakan itu semua kepada Partinah. Hati Sarah semakin
hancur oleh hal itu.
Sarah tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ibrahim
menyukai Partinah. Hingga terdengar kabar bahwa Sarah sakit parah. Tubuh Sarah
semakin kurus dan lemah. Memang terkadang luka hati akan berimbas pada luka
badan. Itulah yang saat ini dialami oleh Sarah.
Mendengar Sarah sakit parah, Ibrahim memutuskan
menemui Kiai Ahmad. Karena dengan bertemu dengan beliau Ibrahim berharap
mendapat petunjuk obat yang bisa menyembuhkan Sarah. Ternyata Ibrahim tak
salah. Kiai tau bahwa Sarah sakit karena meredam cemburu di dadanya. Ibrahim
merasa sakit Sarah karena dirinya. Ibrahim memutuskan menemani sarah selama dia
sakit. Kekuatan cinta mengalahkan segalanya. Akhirnya Sarah sembuh dari
penyakitnya, dan kembali sehat wal afiat seperti sedia kala.
Sarah terus merenung dan menyerahkan takdir cintanya
kepada ilahi. Karena sesuatu itu datangnya dari ilahi, dan sesuai kehendak
ilahi.
Hanya
kepada-Mu kupasrahkan hidupku. Hanya di genggaman tangan-Mu benang-benang
takdir cintaku. Tak ada daya dan kekuatan yang kumiliki, selain daya dan
kekuatan yang Engkau curahkan. Tak ada kemampuan untuk menolak takdir-Mu, walau
takdir itu akan menyakitkan bagi hidupku. (hlm.76)
Janji
itu harus ditepati. Begitulah yang harus di lakukan Sarah. Sarah menepati
janjinya membantu Ibrahim menyatakan cintanya kepada Partinah. Tetapi apa
kenyataan yang dilihat Sarah dan Ibrahim? Partinah bermesraan di bukit bersama
Yusuf kakak Ibrahim sendiri. Hal itu merupakan pukulan berat bagi Ibrahim.
Yusuf, kakak yang mengajarinya tentang cinta, Yusuf pula yang mengambil cinta
Ibrahim darinya. Tapi sebenarnya di dalam hati
Partinah tidak mencintai Yusuf. Cinta Partinah hanya kepada Ibrahim dan
itu tak berubah sedikitpun. Partinah hanya merasa ketika dia bersama Yusuf
seakan dia bersama dengan Ibrahim. Itulah yang membuat hati Partinah menjadi
tenang.
Putus
cinta yang dialami Ibrahim sama halnya dengan Sarah. Ibrah/im tidak mau keluar
kamar, tidak makan, tidak minum, bahkan Ibrahim sangat membenci Yusuf. Meskipun
Yusuf bersikap biasa saja kepada Ibrahim. Tetapi keadaan itu tidak berlangsung
terus-menerus. Ketika Yusuf akan pergi ke kota, dia menyempatkan diri
untuk mencairkan suasana yang selama ini
beku. Yusuf meminta maaf kepada Ibrahim.
Partinah
akhirnya menuruti permintaan simboknya untuk menjadi TKW ke Hongkong. Partinah
dan Yusuf bersama-sama menuju parbatasan Dukuh dengan diantar oleh Sarah dan
Ibrahim. Ketika itu sebenarnya Ibrahim belum bisa meredam rasa cintanya kepada
Partinah. Ibrahim masih merasa cemburu oleh kata-kata manis yang diumbar
Partinah untuk Yusuf.
Tak lama kemudian
terdengar kabar bahwa usaha Yusuf di kota telah berhasil. Ayah dan Ibu Yusuf
sangat bangga kepadanya. Yusuf memang bisa di bilang anak emas bagi kedua orang
tuanya. Yusuf selalu disayang oleh kedua orang tuanya. Berbeda dengan Ibrahim
yang sedikit disampingkan oleh kedua orang tuanya. Memang Yusuf berpikir lebih
maju daripada Ibrahim. Setelah lulus sekolah Ibrahim hanya berkeinginan untuk
mencangkul disawah. Dan setelah pulang menegakkan sholat di surau milik kiai
Ahmad. Oleh karena itu orang tuanya lebih sayang kepada Yusuf ketimbang dengan
Ibrahim.
Hujan
dan petir yang mengguyur dukuh seworan menyebabkan surau Kiai Ahmad hilang satu
tiangnya. Melihat hal itu Kiai Ahmad dan Ibrahim merasa sangat sedih. Mereka
baru akan memperbaiki surau itu esok pagi. Dengan mengambil sebagian kayu jati
di kebun kiai Ahmad. Keesokan harinya Ibrahim langsung menuju kebun Kiai Ahmad.
Ternyata yang ditunggu-tunggu tidak datang juga. Akhirnya Ibrahim mencoba
menemui Kiai Ahmad di rumahnya. Namun, apa yang ditemuinya? Kiai Ahmad
terbaring lemah di rumahnya. Ternyata Kiai Ahmad jatuh sakit. Ibrahim berusaha
mencari obat untuk kiai Ahmad. Namun tidak sempat memberikan obat itu, Kiai
Ahmad telah menghembuskan nafas terakhirnya. Kiai yang sangat disayanginya itu
telah menghadap yang kuasa. Tetapi sebelum Kiai menghembuskan nafas
terakhirnya, Kiai sempat menulis surat wasiat. Kiai memberikan surau beserta
tanahnya kepada Ibrahim untuk dijaga agar jangan sampai roboh, baik bangunan
maupun jamaahnya. Dan Kiai juga berpesan bahwa tanah dan kebun beliau diberikan
kepada kerabatnya yang tinggal di dusun sebelah.
Mendengar
kabar itu hati Ibrahim dan Sarah sangatlah terpukul atas kematian orang yang
telah mengajarinya mengaji, melantunkan ayat-ayat suci al-Quran dan menjadi
imam di setiap sholat fardunya. Sampai-sampai Ibrahim tidak mau keluar kamar
untuk makan, minum, bahkan Ibrahim jarang berbicara walaupun dengan orang
tuanya sendiri. Ibrahim hanya berdoa dan mengurung diri di kamarnya. Melihat
hal itu orang tuanya merasa sedih. Terutama ibunya. Ayah dan Ibu Ibrahim merasa
anaknya lebih mencintai orang lain ketimbang orang tuanya sendiri. Melihat hal
itu Ayahnya tidak tinggal diam. Pertengkaran yang membuat Ibrahim diusir dari
rumah akhirnya terjadi. Meskipun Ibrahim telah menjelaskan bahwa yang di
katakana ayahnya itu salah, tetapi itu tidak merubah keputusan ayahnya itu.
Dipandangnya
rumahnya dengan lelehan air mata. Ketika itu hujan sangatlah lebat. Ibrahim tak
tau lagi kemana dia harus pergi. Ibrahim pun berteduh di bawah pohon dan
akhirnya dia tertidur di bawah pohon itu. Pada saat itu Ibrahim melihat Kiai
Ahmad sedang memotong beberapa pohon jati. Kemudian Ibrahim menemui Kiai Ahmad.
Ketika itu Kiai berpesan untuk memperbaiki surau yang hampir robah oleh petir
itu. Barulah tersadar bahwa semua itu hanyalah mimpi. Tetapi Ibrahim merasa
bahwa mimpi itu sangatlah nyata. Dan akhirnya Ibrahim memutuskan untuk tinggal
di surau yang dianggap angker oleh warga dukuh Seworan setelah meninggalnya
pengurus surau itu.
Beberapa
hari Ibrahim tak nampak, Sarah memutuskan untuk datang ke rumah Ibrahim.
Sesampainya di rumah Ibrahim, Ibu Ibrahim bercerita tentang apa yang dialami
Ibrahim. Sarah pun meminta ijin untuk pulang. Di perjalanan dia melihat surau
yang terlihat angker itu. Dengan rasa takut, Sarah kemudian masuk ke dalam
surau. Sarah tercengang ketika melihat Ibrahim di dalam surau itu. Dengan
cekatan sarah langsung mengambil makanan ke rumahnya.
Ibrahim
tidak bisa terus-terusan bergantung pada orang lain. Dia memutuskan untuk
mencari rumput untuk di jual ke penduduk setempat untuk ditukar dengan
sebungkus nasi. Berawal dari hal itu, Ibrahim dapat menyambung hidupnya. Bukan
hanya nasi bungkus yang didapat. Orang yang membeli rumput itu juga memberikan
imbalan uang. Tetapi lama-kelamaan hal itu membuat keberadaan Ibrahim diketahui
oleh banyak orang. Bahkan sampai ke telinga ayahnya. Hal itu membuat ayah
Ibrahim semakin marah. Ayah Ibrahim datang ke surau itu dan mencaci maki
perbuatan Ibrahim. Dia menganggap bahwa Ibrahim hanya ingin mempermalukan nama
keluarga.
Melihat
ayahnya sudah mengetahui keberadaan Ibrahim, kini ia sudah mulai berani
mengumandangkan suara azan untuk memanggil umat muslim untuk menunaikan sholat.
Tetapi masih saja seperti ketika Kiai Ahmad masih hidup. Jamaah sholatnya hanya
Sarah dan dua orang tua yang sudah berusia lanjut. Ketika telah usai sholat
magrib sarah dan Ibrahim saling menyimak bacaan al-quran mereka. Ketika Ibrahim
rapuh seperti ini, hanya Sarah yang mau menemani hari-harinya
Duhai Sarah, jika agama
memperbolehkan manusia menyembah manusia yang lain, pastilah aku akan bersujud
di telapak kakimu. Akan kulakukan hal itu setiap hari. Tetapi, kita tahu bahwa
hanya Allah satu-satunya Dzat yang wajib disembah. Maka, hanya doa syukur dan
puji-pujian kepada-Nya saja yang bisa aku lakukan karena nikmat yang
diberikan-Nya kepadaku untuk mencintaimu sebagaimana engkau mencintaiku. (hlm.263-264).
Kata-kata
itu di tuangkan dalam lembaran surat Ibrahim yang ditujukan kepada Sarah.
Wanita mana yang tak tersentuh hatinya mendengar pernyataan itu. Sarah yang
sudah lama memendam cinta kepada Ibrahim sangat terharu melihat pernyataan itu.
Tidak kupejamkan mata malam itu sebab
aku takut dalam tidurku aku menerima kenyataan yang sungguh berbeda. Setelah
membaca suratmu, kini hatiku merasa tentram. Suratmu selalu ku baca setiap
waktu. Suratmu dan tasbih yang engkau berikan sudah menjadi bagian dari hidupku
sekarang. Dengan tasbih ini, ku panjatkan dzikir dan puji-pujian kepada Tuhan.
Dan, dengan surat ini, kupasrahkan jiwaku kepada cinta kepadamu.(hlm. 263-264).
Seperti itulah balasan surat yang di
berikan sarah kepada Ibrahim.
Semakin
hari Sarah dan Ibrahim semakin sering bersama. Mereka sering sholat berjamaah
bersama. Mereka juga sering berduaan di surau, di luar surau, di bukit, dan di
sungai. Hal itu memicu terdengarnya gosip-gosip miring di tengah perbincangan
warga dukuh Seworan. Kabar itu akhirnya terdengar juga oleh ayah Sarah. Hati
ayah Sarah demikian resah karena kabar kebersamaan Sarah dengan Ibrahim. Ayah
Sarah menganggap Ibrahim tidaklah pantas bagi seorang sarah. Apalagi banyak
warga yang menyayangkan hubungan mareka. Di tambah lagi ibu Ibrahim yang
bersikeras ingin Ibrahim pulang ke rumah. Tetapi hal itu dilakukan semata-mata
karena ibu Ibrahim tidak ingin malu atas perbuatan Ibrahim. Akhirnya, Ibrahim
pulang ke rumah dengan syarat ibu dan ayahnya tidak mengungkit-ungkit serta
menjelek-jelekan almarhum kiai Ahmad lagi dan memperbolehkannya untuk merawat
surau kiai Ahmad.
Pagi menjelang siang, Ibrahim melihat
beberapa orang membongkar rumah kiai Ahmad. Ibrahim memperhatikan salah seorang
dari orang-orang itu dan terlihat ada kerabat dari kiai Ahmad diantara mereka.
Setelah melihat Ibrahim, salah satu dari kerabat kiai Ahmad mendekati Ibrahim.
Kerabat kiai bermaksud untuk membongkar surau. Mereka menjelaskan bahwa tanah
tempat surau itu dibangun adalah tanah milik Kang Narto, bukan tanah milik kiai
Ahmad. Mendengar hal itu Ibrahim membantah. Ia merasa bahwa kiai telah
memberikan amanah menjaga surau itu kepadanya. Oleh karena itu Ibrahim
berkewajiban mempertahankan surau itu.
Berbagai hambatan dan rintangan mulai
menghadang Ibrahim. Setelah kerabat kiai Ahmad datang dan tidak berhasil
membongkar surau itu, dihari lain datang pula tiga orang anak muda yang
berbadan kekar ingin membongkar surau itu. Salah satu dari mereka bernama Gio.
Ketika mereka akan membongkar paksa surau itu, datanglah Jadul dan
teman-temannya. Datangnya Jadul memicu perkelahian diantara mereka. Akhirnya,
tiga orang itu meninggalkan tempat itu.
Dilain waktu, datang sekelompok orang
yang akan menyerang dukuh Saworan. Truk bergemuruh dan membuat para warga
merasa takut. Jadul dan teman-temannya telah bersiap-siap menghadapi serangan.
Sementara Ibrahim melapor ke kantor polisi. Tetapi polisi datang terlambat.
Polisi datang ketika telah terjadi pertumpahan darah di kedua belah pihak dan
beberapa rumah telah dibakar. Kedua belah pihak akhirnya dibawa ke kantor
polisi untuk menjalani pemeriksaan. Bukan hanya itu saja, surat wasiat yang
berisi amanah kiai Ahmad juga telah di ambil oleh kerabat kiai Ahmad dengan
paksa. Sehingga Ibrahim tidak bisa membuktikan kepada para warga atas amanah
yang diberikan oleh kiai Ahmad. Semua
itu berujung pada di usirnya Ibrahim dari dukuh Saworan. Para warga menganggap
semua musibah yang terjadi di dukuh Saworan berawal dari sikap Ibrahim yang
bersikukuh mempertahankan surau yang di amanatkan kepadanya. Ketika peristiwa
ini tidak ada lagi yang bisa membela Ibrahim bahkan Sarah dan Jadul juga tidak
bisa lagi membela Ibrahim.
Disaat genting seperti itu, Yusuf
pulang ke dukuh Saworan dengan membawa mobil yang mewah. Yusuf kini seperti
pangeran yang di puja-puja orang tua dan warga dukuh Saworan. Sedangkan Ibrahim dianggap menoreh aib bagi keluarga.
Ibrahim meninggalkan dukuh Seworan
dan menempuh kehidupan ke kota. Di kota Ibrahim sering memberikan santapan rohani
pada majelis ta’lim yang dibinanya. Tak sedikit orang yang berkonsultasi dengan
Ibrahim. Hal itu membuat Ibrahim dikenal di majelis sekitar tempat tinggalnya.
Meskipun Ibrahim jauh dari Sarah,
tetapi Ibrahim selalu mengirimkan surat kepada Sarah. Hingga pada akhirnya ayah
Sarah mengetahui bahwa Sarah masih berhubungan dengan Ibrahim. Melihat hal itu
ayah sarah melarang putrinya untuk berhubungan dengan Ibrahim. Bahkan ayah
Sarah berkeinginan untuk menjodohkan sarah dengan Yusuf. Surat yang dikirimkan
Ibrahim sampai juga ke tangan ayah Sarah yang membuat Sarah tidak boleh kembali
ke rumahnya lagi. Saat itu Yusuf mencoba menghibur Sarah. Setan memang tidak
akan tinggal diam melihat dua orang anak muda yang sedang berduaan. Hingga
mereka melakukan dosa besar yaitu berzina. Akibatnya Sarah hamil di luar nikah.
Dan Yusuf tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya. Yusuf pergi entah
kemana, tak ada seorangpun yang tau. Kini orang tua Sarah sangat malu melihat
kenyataan itu.
Ibrahim memutuskan untuk kembali ke
dukuhnya. Ibrahim bermaksud untuk menjemput cinta dan menjalankan amanah kiai
Ahmad untuk menjaga surau. Ibrahim pulang dengan menggunakan mobil mewah dan
didalamnya tampak beberapa ulama datang
bersamanya. Rombongan itu singgah di masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah
di dukuh itu. Di masjid itu Ibrahim bertemu dengan Jadul. Jadul menceritakan
tentang apa yang terjadi dengan Sarah. Tubuh Ibrahim melemas mendengar
peristiwa itu. Kakak yang dipercaya untuk menjaga Sarah, kini malah menghamili
Sarah.
Berbulan-bulan lamanya Sarah menyiksa
diri di kamarnya.sarah tak kuasa memerima semua yang terjadi kepadanya. Hal
yang terjadi pada Sarah juga terjadi pada Ibrahim. Berminggu-minggu Ibrahim
mengurung diri di kamarnya, tanpa makan, minum dan bicara. Badan Ibrahim
semakin lama semakin mengurus. Memikirkan hal yang terjadi kepada dirinya.
Mendengar Ibrahim sakit parah Sarah
pun menemui Ibrahim untuk meminta maaf atas kesalahannya. Sarah telah
mengingkari cintanya kepada Ibrahim. Apa boleh dikata, apapun yang terjadi
Ibrahim telah memaafkan Sarah.
Beberapa hari kemudian datang
beberapa rombongan polisi memasuki halaman rumah Ibrahim. Ternyata yang di
dalam mobil tahanan itu adalah Yusuf. Yusuf telah terlibat dalam pengedaran
Narkotika Internasional. Yusuf meminta maaf untuk kedua kalinya kepada Ibrahim
karena Yusuf tidak bisa menjaga Sarah selama Ibrahim pergi. Bahkan Yusuf berbuat kesalahan yang teramat besar. Ibrahim
memaafkan Yusuf asalkan Yusuf mau menikahi Sarah. Dan diputuskan akan diadakan
prosesi pernikahan di penjara.
Gema takbir berkumandang, hari itu
adalah hari raya idul fitri. Pada hari itu diadakan prosesi pernikahan. Setelah
acara pernikahan itu selesai, Ibrahim langsung terkulai lemah tak berdaya.
Ibrahim berkata:
“Tidak sempurna iman seorang manakala dia
meninggal dalam keadaan masih membujang….” (hlm.473)
Partinah baru pulang dari Hongkong dan langsung
menemui Ibrahim ketika mendengar bahwa Ibrahim jatuh sakit. Sesampainya di
tempat Ibrahim terbaring, Haji Misbach memutuskan untuk menikahkan Ibrahim
dengan Partinah. Setelah acara pernkahan itu Ibrahim meminta Partinah
membacakan surah yasin disampingnya. Pada saat itu berhembus nafas terakhir
Ibrahim dan terpejam untuk selamanya.
Karena Ibrahim telah meninggal dunia, Haji Misbach
lah yang mengurus sengketa tanah kiai Ahmad. Dan ternyata tanah surau itu
memang bukan milik kang Narto, tetapi milik kiai Ahmad.
*****
sangat menyentuh dan dapat dijadikan motivasi
BalasHapussangat menyentuh dan dapat dijadikan motivasi
BalasHapus